TANTE YANG KEJAM



Sumber Gambar : Republika



Sabtu siang setelah pulang sekolah, tiba-tiba ibuku berkata kalau R (inisial) demam..., lalu aku langsung memegang keningnya memang terasa panas. Tanpa pikir panjang langsung aku bawa ke puskemas, karena jam pelayanan puskesmas sudah tutup saya diarahkan ke UGD, sampai di UGD ternyata perawat yang berjaga adalah adik iparku. langsung aku ceritakan kondisi R. Dia melakukan tindakan sesuai prosedur medis. setelah itu kami dibolehkan pulang dan apabila besok panasnya tidak turun juga terpaksa harus dibawa kerumah sakit. 

Malam hari saya dan ibu tidak bisa tidur karena panas tubuh R tidak turun juga padahal sudah 2 kali minum obat. R terus menanggis dan memanggil-manggil bundanya. R adalah keponakanku yang datang dari jakarta, dia baru berusia 8 tahun. Karena di jakarta baru menjangkit wabah corona, saya membayangkan kalau Jakarta akan seperti Kota Wuhan Di China jadi saya segera menelpon ibu untuk segera pulang kekampung di sumatera barat. Akhirnya ibu, bapak dan keponakan saya pulang ke kampung. 

Sebetulnya saya sudah melaporkan kepuskesmas di dekat rumah klo ada keluarga yang datang dari jakarta, mereka terdata sebagai ODP (Orang Dalam Pemantauan) dan sejak tiba mereka tidak keluar rumah (Karantina Rumah) selama 14 hari. Tetapi baru 7 hari ternyata rania deman.
Hari minggu pagi saya bawa R ke Rumah sakit umum di daerah saya. Tiba di depan IGD rumah sakit umum, saya langsung turun mobil yang ditanya dulu oleh satpam.
Saya : Pak... keponakankan saya sakit.
Satpam : keluhannya apa buk ?
saya  : Deman dari kemarin siang
Satpam : Apakah pasien melakukan perjalanan dari daerah terinfeksi corona.
saya : iya, pasien seminggu yang lalu baru datang dari Jakarta.
satpam : ibu tunggu dulu dan pasien jangan diturunkan dulu dari mobil, saya akan memanggil dokter.

Kira-kira 5  menit kemudian barulah datang seorang perawan jaga dengan APD (Alat Pelindung Diri) seadanya. Dia mengukur suhu tubuh rania yang saat itu terdata 38, 5. Mereka menyiapakan ruang isolasi yang dan disemprot disinfektan. setelah itu baru rania saya turunkan dari mobil dan saya bawa masuk keruang isolasi dengan ditunggui oleh ibu saya. 

Kemudian mereka memeriksa rania dan mengambil sempel darah rania, untuk diperiksa, dengan susah payah saya membujuk rania untuk mau diambil darahnya. sempel darah itu saya antarkan ke laboratorium di lantai 2. Sejak wabah corona jam besuk rumah sakit ditiadakan. untuk sampai kelabor saya harus melalui satpam ke 2, dia menanyakan tujuan saya. akhirnya saya dipersilahkan untuk masuk kelaboratorium.

Saya kembali keruang tunggu IGD rumah sakit. Satpam menanyakan identitas keluarga saya yang baru data dari jakarta beserta identiras saya selakuk keluarga yang berdomisili disini. Terdengar percakapan satpam, perawat tadi dan temannya. Klo mereka mengeluhkan minimnya APD. Perawat yang memeriksa keponakan saya itu dia hanya menggunakan celemek yang terbuat dari plastik, masker medis dan sarung tangan, tidak seperti yang saya lihat di TV berpakainya layaknya Astronot.

Tiba-tiba dokter memanggil saya.
Dokter : Hasil pemeriksaan darah pasien negatif, jadi diperbolehkan pulang. Dia memberikan saya obat yang yang berupa parasetamol.
Saya : Hanya ini obatnya dok ?
Dokter : iya... yang penting banyak makan sayur, buah-buahan serta minum susu dan vitamin untuk meningkatkan imun tubuhnya. Pasien diharuskan karantina kamar selama 4 hari.
Saya : baik dok.
Dokter : maaf klo ibu merasa tidak nyaman dengan pelayanan kami karena kami melaksanakan sesuai SOP terhadap pasien dari daerah terinfeksi.
Saya : iya dokter saya juga maklum koq dan saya sudah mengikuti semua instruksi pemerintah.

Sebelum sampai dirumah saya telpon anak saya yang paling besar baru kelas 9, saya suruh dia menyiapkan kamarnya untuk R selama karatina kamar.  Sampai dirumah R langsung masuk kedalam kamar dengan hanya ditemani oleh ibu saya. Selama Ibu dan R dikarantina kamar, mereka harus memakai masker dan tidak boleh keluar kamar selama 4 hari.

Baru satu hari R sudah tidak demam lagi. Tapi saya tetap mengikuti instruksi yang diberikan dokter. Hari kedua dia sudah terlihat ceria, saya, suami beserta anak - anak saya hanya bisa memandangi mereka dari luar. Sepulang suami saya kerja dia berkata klo dia merasa kasih terhadap R yang sudah 2 hari didalam kamar, saya bilang biarkan saja sekarang kita harus kejam sama dia, ini saya lakukan demi kebaikan dia dan kita semua. Hari ketiga R mulai melihat-lihat anak-anak saya yang sedang belajar dari pintu kamar. Hari keempat dia mulai berkomunikasi dengan anak saya  yang berumur 6,5 tahun, mereka berkomunikasi dari depan pintu dengan jarak 1,5 meter. sebenarnya saya kasihan juga tapi saya berkomitmen untuk mengikuti instruksi dokter. 

Hari kelima saya mengeluarkan R dari kamar setelah makan dan minum obat, saya menjemur dia bersama anak-anak saya ditepi kolam ikan dibelakang rumah. Saya sangat gembira melihat dia sudah kembali sehat.

Kemana Orangtua R ???
Bunda R berserta ayahnya dan adiknya yang berumur 3 tahun masih tinggal di jakarta, sebenarnya hari dimana R akan saya bawa ke Rumah sakit bundanya akan pulang kesini, tiba-tiba saat akan menuju bandara, anaknya yang kecil deman tinggi jadi terpaksa tetap di Jakarta dan saya tekankan untuk dia tetap di Jakarta karena ada saya tantenya yang akan merawatnya disini. 
Alhamdulillah sampai hari ini dia tetap sehat, cuma terkadang saya kewalahan menghadapinya yang biasa tinggal dikota besar dengan semua fasilitas yang ada.

Yang terpenting sekarang kami sekeluarga dalam keadaan sehat dan masa karantina rumah orangtua saya sudah berakhir tetapi kami tetap mengikuti anjuran pemerintah untuk tetap dirumah aja.

Semoga wabah COVID 19 ini segera berakhir.
Aamiin....



2 Komentar